Persoalan persampahan merupakan
persoalan yang masih belum teratasi di kawasan perkotaan di Indonesia. Timbunan
sampah ternyata juga menjadi penyebab perubahan iklim dunia kedua setelah
kerusakan hutan (Witoelar, 2011).
Berbagai inisiatif telah banyak dilakukan, namun kelemahannya adalah
pada aspek keberlanjutannya.
Salah satu contoh yang dapat diamati
adalah kota Bandung. Saat ini kota Bandung sedang menghadapi masalah serius
soal sampah. Banyak sampah yang berserakan di sudut-sudut kota bahkan di
jalanan kota Bandung. Totoar dan jalur hijau juga sudah beralih fungsi menjadi
tempat menimbun sampah. Hal ini memicu berbagai dampak terutama perubahan
iklim. Dampak yang saat ini sedang mewabah di beberapa wilayah Bandung adalah
banjir. Menurut Zulkaidi (2016), salah satu penyebab banjir Bandung yang dapat
dengan cepat diatasi adalah sampah yang menutupi drainase dan yang mengendap
(membentuk sedimentasi). Kondisi seperti tersebut dialami pula oleh Pemerintah
Kota Bandung, pengelolaan sampahnya masih bersifat konvensional sehingga sangat
tergantung kepada wilayah lain yang memiliki TPA. Sampah yang ditimbulkan
mencapai 1.500 ton/ hari dan yang terangkut ke TPA Sarimukti ± 1000 – 1100 ton/
hari. Sumber sampah terbesar (60%) berasal dari sampah rumah tangga/permukiman
dengan komposisi 56% sampah organik (Profil PD Kebersihan Bandung, 2012).
Pembangunan perkotaan tidak akan
terlepas dari pengelolaan sampah yang ditimbulkan dari aktivitas perkotaan.
Timbunan sampah kota menunjukan tren yang terus meningkat, sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, meningkatnya kegiatan pembangunan, dan perubahan pola
kosumsi masyarakat (Thrihadiningrum, 2010). Hingga saat ini penanganan sampah
masih terfokus pada penanganan timbulan sampah. Sampah tersebut mengalami
degradasi dan menghasilkan beberapa gas yang dapat menyebabkan perubahan iklim,
seperti gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Jumlah
sampah di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk
Indonesia. Peningkatan jumlah sampah tersebut berdampak pada perubahan iklim
yang disebabkan oleh emisi karbon dan berdampak secara global.
Upaya untuk mengurangi kuantitas
sampah sebesar 20% pada periode 2004-2009 belum menunjukan hasil yang
signifikan, dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menerapkan reduce (mengurangi volume), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) (3R) (Kementrian PU/ 2012). Seluruh
masyarakat Indonesia hendaknya mengubah perilaku dari hanya sekedar membuang
menjadi memanfaatkan sampah dengan baik dan benar. Peran Pemerintah dalam
hal penanganan sampah telah dilakukan tetapi juga sangat diperlukan juga peran
dari masyarakat sendiri demi mengurangi emisi karbon untuk mengatasi perubahan
iklim.
Referensi:
Kementerian
Pekerjaan Umum. 2012. Materi Bidang Sampah
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP.
Profil
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. 2012. Pengelolaan Sampah di Kota Bandung.
Thrihadiningrum,
Yulinah. 2010. MDGs Sebentar Lagi
Sanggupkah Kita Menghapus Kemiskinan di Dunia. Jakarta: PT Gramedia.
Witoelar,
Rachmat. 2011. “Sampah Pemicu Perubahan Iklim”. nationalgeographic.co.id
Zulkaidi,
Denny. 2016. “Penyebab Banjir Melanda Kota Bandung”. www.bintang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar