Minggu, 21 Januari 2018

SAMPAH: YANG MEMBUANG ATAU YANG TERBUANG (?)



Persoalan persampahan merupakan persoalan yang masih belum teratasi di kawasan perkotaan di Indonesia. Timbunan sampah ternyata juga menjadi penyebab perubahan iklim dunia kedua setelah kerusakan hutan (Witoelar, 2011). Berbagai inisiatif telah banyak dilakukan, namun kelemahannya adalah pada aspek keberlanjutannya.
Salah satu contoh yang dapat diamati adalah kota Bandung. Saat ini kota Bandung sedang menghadapi masalah serius soal sampah. Banyak sampah yang berserakan di sudut-sudut kota bahkan di jalanan kota Bandung. Totoar dan jalur hijau juga sudah beralih fungsi menjadi tempat menimbun sampah. Hal ini memicu berbagai dampak terutama perubahan iklim. Dampak yang saat ini sedang mewabah di beberapa wilayah Bandung adalah banjir. Menurut Zulkaidi (2016), salah satu penyebab banjir Bandung yang dapat dengan cepat diatasi adalah sampah yang menutupi drainase dan yang mengendap (membentuk sedimentasi). Kondisi seperti tersebut dialami pula oleh Pemerintah Kota Bandung, pengelolaan sampahnya masih bersifat konvensional sehingga sangat tergantung kepada wilayah lain yang memiliki TPA. Sampah yang ditimbulkan mencapai 1.500 ton/ hari dan yang terangkut ke TPA Sarimukti ± 1000 – 1100 ton/ hari. Sumber sampah terbesar (60%) berasal dari sampah rumah tangga/permukiman dengan komposisi 56% sampah organik (Profil PD Kebersihan Bandung, 2012).
Pembangunan perkotaan tidak akan terlepas dari pengelolaan sampah yang ditimbulkan dari aktivitas perkotaan. Timbunan sampah kota menunjukan tren yang terus meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya kegiatan pembangunan, dan perubahan pola kosumsi masyarakat (Thrihadiningrum, 2010). Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan sampah. Sampah tersebut mengalami degradasi dan menghasilkan beberapa gas yang dapat menyebabkan perubahan iklim, seperti gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Jumlah sampah di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah sampah tersebut berdampak pada perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dan berdampak secara global.
Upaya untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 2004-2009 belum menunjukan hasil yang signifikan, dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam menerapkan reduce (mengurangi volume), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) (3R) (Kementrian PU/ 2012). Seluruh masyarakat Indonesia hendaknya mengubah perilaku dari hanya sekedar membuang menjadi memanfaatkan sampah dengan baik dan benar. Peran Pemerintah dalam hal penanganan sampah telah dilakukan tetapi juga sangat diperlukan juga peran dari masyarakat sendiri demi mengurangi emisi karbon untuk mengatasi perubahan iklim.


Referensi:

Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Materi Bidang Sampah Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP.
Profil Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. 2012. Pengelolaan Sampah di Kota Bandung.
Thrihadiningrum, Yulinah. 2010. MDGs Sebentar Lagi Sanggupkah Kita Menghapus Kemiskinan di Dunia. Jakarta: PT Gramedia.
Witoelar, Rachmat. 2011. “Sampah Pemicu Perubahan Iklim”. nationalgeographic.co.id
Zulkaidi, Denny. 2016. “Penyebab Banjir Melanda Kota Bandung”. www.bintang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar